Sabtu, 12 Februari 2011

Ketika Mengeluh Berujung Bencana

Suatu hari, kala Pulau Dewata masih dalam suasana hari raya Nyepi.

Aku terheran-heran melihat status sahabat-sahabat pribumi Bali hari itu. Nyaris semua status mereka bernada sama: mengecam dan menghujat seseorang berinisial IRF!  Penasaran, kucoba menyelidiki. Akhirnya aku menemukan sebuah grup berjudul “Usir ‘IRF’ dari Bali!”


Usut punya usut, ternyata bertepatan pada hari raya Nyepi, oknum bernama IRF telah menulis status di Facebook yang memancing kemarahan umat tertentu karena dianggap telah menghina hari raya mereka. Dalam tempo beberapa jam saja, telah ribuan orang yang bergabung dalam grup tersebut. Dinding dan forum diskusi grup tersebut sangat ramai dengan berbagai kalimat dan kata-kata yang membuat buku kuduk meremang. Kubayangkan seorang IRF sedang ketakutan setengah mati karena menjadi “the most wanted” di “negeri orang”.

Sayangnya grup tersebut agaknya telah disusupi provokator, sehingga menjadi kehilangan arah, dan menjelma menjadi ajang saling hujat dan cela antar-agama.

Ketika Mengeluh Berujung Bencana

Sudah sekitar setahun ini aku rajin Facebookan. Awal aku memutuskan aktif ber-Facebook ria sebenarnya sederhana saja, untuk mempromosikan bisnisku. Itu sebabnya aku meng-add banyak teman. Dari yang mulai aku kenal dengan baik, kenal ala kadarnya, sampai yang tidak aku kenal sama sekali.

Ternyata, Facebook bisa menjadi media pembelajaran. Tentang warna-warni dalam hidup ini, beserta manusia-manusia yang ada di dalamnya.

Ada manusia yang berpegang teguh pada prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat. Maka ia mengisi status-statusnya dengan hal-hal yang bermanfaat saja. Entah itu kata motivasi, sharing sesuatu yang bermanfaat, atau apa pun yang bersifat positif.

Sebaliknya, ada juga jenis manusia yang suka mengumpat dalam statusnya, mengeluh atau meratap-ratap seperti orang paling malang sedunia. Kadang yang dikeluhkan hanya dari itu ke itu saja. Tipe yang ini memang aku rasakan sedikit mengganggu, walaupun aku juga bisa mengambil pelajaran dari mereka.

Pernah suatu ketika aku menemukan sebuah grup bernama “Mari Berhenti Mengeluh di Status Facebook, Mari Budayakan Status Positif”. Tanpa pikir panjang, aku lantas mengundang semua orang yang terdaftar sebagai temanku untuk bergabung dalam grup tersebut.

Tak berapa lama, seseorang mengirimi aku pesan inbox. Marah-marah dia meminta aku untuk tidak mengundangnya ke grup semacam itu lagi. Karena bagi dia, Facebook adalah tempat “mencurahkan rasa”—bahasa halus mengeluh. Sungguh aneh. Padahal aku hanya menyarankan saja, tidak memaksanya untuk bergabung dalam grup tersebut.

Waktu itu, dunia maya, khususnya Facebook tengah dilanda kegemparan karena ulah IRF yang sempat aku singgung di atas. Apa sih yang ditulis IRF dalam statusnya? Sederhana saja. Ia “cuma” mengeluhkan harinya yang buruk, entah apa. Sayangnya, ia membawa-bawa hari raya umat tertentu dalam statusnya, sehingga kesan yang muncul ia mengumpat hari raya tersebut.

Kepada wanita itu, aku ceritakan sedikit kasus IRF. Bahwa mengeluh dapat berujung bencana. Apa yang terjadi kemudian? Setelah membalas dengan kata-kata pedas, dia lantas me-remove aku dari daftar temannya.

Salahkah Mengeluh?

Jika kau mengeluh, maka otak akan merekam keluhan itu dan memperkuatnya. Kurang lebih begitulah kalimat yang pernah kubaca di sebuah buku motivasi. Itu memang benar. Bukankah apa yang kita terima sesuai dengan apa yang kita keluarkan? Jika kita mengeluh, kita justru akan menarik hal-hal negatif lain ke dalam diri kita. Masalah kita tidak selesai, malah justru bertambah.

Itu baru mengeluh sendirian. Bagaimana jika kita mengeluh di “tempat umum” seperti Facebook? Di samping kita mendapatkan perih sebagai buah dari mengeluh itu, kita juga menebar aura negatif. Kita membuat orang lain sumpek dengan keluhan kita. Tegakah kita menjadikan sahabat-sahabat kita “tong sampah” keluhan kita, padahal banyak di antara mereka juga memiliki masalah yang sebenarnya jauh lebih berat dari kita, dan pada saat bersamaan kita justru sibuk “mengasihani” diri kita sendiri dengan mengeluh dan mengeluh. Padahal, mengeluh sama sekali tak menyelesaikan masalah.

Dalam beberapa kejadian, mengeluh juga dapat berujung bencana. Kasus IRF hanyalah salah satu contoh saja. Pernahkah Anda mendengar seseorang yang dipecat dari pekerjaannya di kantor, hanya gara-gara di Facebook dia mengeluh tentang bosnya yang killer di kantor?

Tapi kita kan manusia?

Tentu saja, mengeluh adalah hal yang manusiawi. Sudah menjadi sifat manusia suka curhat terhadap sesamanya. Itulah sebabnya, di beranda Facebook, selalu kita temui kalimat “Apa yang Anda pikirkan?” “What’s in your mind?”  Seakan situs jejaring sosial terpopuler ini ingin “memprovokasi” semua anggotanya untuk selalu menumpahkan uneg-unegnya di Facebook. 

Namun, ingatlah pada firman Allah. “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya” (An-Nahl: 18) Ingatlah, jika kita terlalu tenggelam dalam keluhan kita, maka mata, hati, dan pendengaran kita akan sulit membaca atau mendengar tak terhitungnya nikmat Allah yang bertebaran di sekeliling kita. Lidah kita menjadi terlalu kaku untuk sekadar mengucapkan alhamdulillah.

“Jika Allah mendatangkan nikmat yang paling kecil kepadamu lalu ditimbang dengan amalmu, niscaya nikmat yang kecil itu lebih berat daripada amalmu, padahal nikmat Allah dan dosamu itu masih banyak.” (copas SMS yang dikirim seorang sahabat)

Dan sesungguhnya ada tempat mengeluh yang paling tepat dan aman. Itulah mengeluh hanya kepada Allah, sebaik-baiknya tempat mengeluh. Ketika kita berkeluh kesah dalam tahajud kita, yang kemudian kita lanjutkan dengan berdoa penuh pengharapan, agar Dia memudahkan kita menyelesaikan masalah kita. Bukankah doa adalah ibadah, dan ibadah adalah sesuatu yang bernilai pahala? Subhanallah. Alangkah nikmatnya berkeluh-kesah hanya kepada Dia Yang Maha Penolong. Rahasia kita aman di Tangan-Nya, hati kita menjadi damai, masalah kita terselesaikan, dan kita terhindar dari bencana karena mengeluh.

Jadi, manakah yang Anda pilih, mengeluh berujung bencana atau mengeluh berbuah pahala?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingin LANGSING dan SEHAT dengan
JUICE NUTRISI rasa es krim?

Tanya saya bagaimana!

081-999-548-688 | http://www.DietAsyik.blogspot.com | www.facebook.com/elkaferani

Entri Populer